Minggu, 26 April 2009
The Excited River from Kebumen
Pernahkah kalian dengar Kedung Dawa? Mungkin beberapa diantara kalian belum pernah mendengarnya.
Kedung Dawa merupakan kedung (bendungan) yg terdapat di daerah Sliling, Alian. Kami H2O, sudah 2 kali mengunjungi tempat tersebut. Terdapat 1 air terjun tahapan dan 1 air terjun biasa.
Air terjun tahapan memiliki tinggi sekitar 5 meter. Air terjun tersebut melalui 3 tahapan. Kemiringan lahan tidak mencapai 90 derajat. Hal ini menyebabkan air terjun tidak terlalu deras. Air yg melaluinya pun tidak deras, sehingga tidak terlalu menarik bagi kami.
Setelah berjalan sekitar 30 menit, sampailah kami di air terjun ke-2. Air terjun ini sekitar 2 meter dengan arus yang agak deras. Anak-anak kecil di desa tersebut biasa menggunakannya untuk mandi.
Sangat sejuk memang air yang mengalir tersebut. Belum lagi tempatnya yang masih asri. Pepohonan membatasi tepian sungai tersebut. Bebatuan sungai yang terkikis dan membentuk air terjun-air terjun kecil menambah nilai keindahannya. Sangat menakjubkan memang. Rasa lelah menyusuri sungai tersebut hilang, tertelan perasaan takjub akan kekuatan Sang Maha Pencipta.
Perjalan ke tempat tersebut cukup sulit jika dilakukan mengikuti arus sungai. Jalan yang licin, belum lagi bebatuan yg tidak merata, menyulitkan perjalan kami. Terkadang uluran tangan sahabat kami butuhkan untuk melewatinya.
Setelah berjalan 1 jam lebih, kami belum juga sampai pada awal mula sungai tersebut. Kami pun kembali, mengingat matahari yang telah sampai di atas kami.
Perjalanan pun berakhir. Walaupun kami belum mencapai awal mula sungai tersebut, kami sangat terkesan dengan semua yang ditawarkan oleh sungai tersebut. Tidak sia-sia semua yang telah kami lakukan. Sebuah sungai yang sangat menakjubkan.
Jumat, 24 April 2009
Pranji, First from Highest End
Pranji merupakan bukit tertinggi yang pernah saya daki bersama H2O. Ketinggian bukit tersebut sekitar 600 mdpl. Cukup tinggi untuk kami yang merupakan kelompok pencinta alam yang masih awam di dunia pendakian.
Saya mendaki Pranji saat perayaan 17 Agustus bersama Iksapala. Kami mengibarkan Sang Merah Putih di tebing Pranji yang memiliki ketinggian sekitar 200 m. Sungguh upacara yang menarik dan yang pertama kali bagi.
Kami bermalam sehari sebelum upacara dilakukan. Saat itu malam bulan purnama. Kami berharap dapat bermalam di bawah sinar rembulan dan ditemani ribuan bintang-bintang. Tapi sayang, awan tak mengizinkan kami menikmati indahnya langit malam. Bahkan badai menerka kami beberapa jam.
Namun, sekitar pukul 3 pagi langit kembali cerah ditemani ribuan bintang. Walaupun bulan telah pergi, tapi malam itu merupakan malam yang sangat indah bagi saya.
Siang harinya, Sang Merah Putih pun dikibarkan, diiringi bendera Gappeta dan Iksapala. Bendera ditarik oleh senior kami dan Mas Dedi yang merupakan wakil dari pembina kami dan anggota dari Gappeta. Sang Merah Putih turun dari puncak tebing hingga di tengah tebing. Berkibar diantara hembusan angin dan suara dedaunan yg mengiringi. Sangat hikmat.
Upacara pun selesai, kami bersiap pulang dan tidak lupa, sebagai pencinta alam kami wajib membersihkan daerah camp kami. Perjalanan menurun jelas lebih mudah dibandingkan jalan naik, jadi kami tidak terlalu lelah sampai di sekolah tercinta kami.
Kami sempat bercanda tawa bersama sebelum kembali ke rumah kita masing-masing, baik senior maupun junior. Ini merupakan perjalanan pertama saya sebagai junior. Perjalanan awal menuju puncak tertinggi di dunia ini.
Menganti, Sebuah Pantai Diantara Perbukitan
Menganti, sebuah pantai yang mungkin belum terlalu populer di kalangan masyarakat kita. Namun, keindahannya begitu mempesona bagi setiap pengunjung yang datang, termasuk saya sendiri.
Kami berangkat dari kota Kebumen sekitar pukul 08.30 pagi. Kami berangkat berenam, dengan membawa nama H2O. Perjalanan kami lalui menggunakan sepeda motor. Ini merupakan perjalanan kami yang pertama ke tempat tersebut, jadi kami sempat salah jalan. Tapi toh tidak menyurutkan semangat kami untuk menuju tempat yang disebut pantai putih tersebut.
Setelah berkendara sekitar satu setengah jam, kami akhirnya sampai di tempat tersebut. Medan yang cukup sulit untuk dilewati, karena kami harus melewati tanjakkan dan turunan untuk sampai di tempat tersebut. Saya terpesona melihat pantai tersebut. Diapit oleh 2 semenanjung, dan terisolir dengan adanya bukit. Belum lagi pasir pantainya yang putih, menambah pesona pantai tersebut.
Pesona pantai tersebut tidak hanya karena diapit oleh 2 semenanjung dan bukit, serta pasir pantainya yang putih, tapi juga karang-karang yang ada di tepi pantai, yang merupakan tempat hewan-hewan laut yang jarang sekali kita lihat di pantai-pantai lain di daerah Kebumen ini. Terdapat berbagai jenis ikan hias dengan berbagai warna. Arus ombang yang tidak terlalu deras saat mencapai karang-karang, menjadikan karang-karang tersebut menjadi habitat yang baik bagi makhluk-makhluk itu.
Pemandangan tidak kalah bagusnya saat kita mencoba menaiki salah satu semenanjung di sebelah Timur yang terdapat mercusuar di tempat tersebut. Kami menaiki semenanjung tersebut untuk melihat pantai dari arah atas. Perjalanan kami pun tidak sia-sia. Pemandangan yang sangat menakjubkan dari atas semenanjung itu. Terlihat ombak-ombak yang bergantian terhempas saat bertemu dengan karang-karang di tepi pantai. Terlihat juga hamparan tebing di sebelah Barat pantai, dan juga patahan yang beruntun membentuk hamparan bukit-bukit yang mempesona.
Dan saat yang saya suka adalah saat di mana saya menemukan bunga Dandelion. Mungkin bagi sebagian orang menganggap bunga itu biasa-biasa saja. Tapi bagi saya, Dandelion merupakan salah satu bunga yang ingin sekali saya temui. Meniupnya, dan melihat mahkota bunga-bunga itu berterbangan mengikuti angin dan membawa harapan-harapan saya, membuat saya sangat menikmati saat-saat itu.
Sebelum kami pulang, kami sempat bermain dengan ikan-ikan yang ada di karang-karang di tepi pantai. Walaupun terik matahari ada di atas kami, kami tak merasakannya, karena kami tengah asyik bercengkerama dengan ikan-ikan tersebut.
Kami akhirnya pulang sekitar pukul 13.30. Perjalanan yang amat sulit, namun terbayar dengan segala sesuatu yang ditawarkan oleh pantai tersebut. Sebuah pantai putih diantara kepungan bukit-bukit nan indah.
Langganan:
Postingan (Atom)